Asa Hilang Mimpi Yang Terbuang 11…..
LIBUR MENJEMPUT
“Hayo Min cepat rapihkan tasmu” … ujar Anwar. “Oke kawan”.. ujar Amin sambil tersenyum, dengan perlahan Amin mulai mengeluarkan beberapa pakaiannya untuk dimasukan kedalam tas, “heey!….mendadak Awar menegur, Amin pun keget kenapa? Tanya Amin, “kita kan Cuma setengah hari, sore atau paling lambat malam kita sudah pulang keasrama….!” Tidak usah bawa baju salinan banyak-banyak bawa satu stel saja” …ujar Anwar, “siapa tau nanti kita berenang jadi ada pakaian ganti”…tambah Anwar ..”Oooo begitu kawan ….” Balas Amin sambil tersenyum kecil..
“Jangan seperti orang mau berangkat transmigrasi saja…” seloroh Anwar sambil mengeluarkan baju kaos warna putih dari dalam lemarinya. Setelah merapihkan tas mereka berdua pun berjalan menuju gerbang besar, didepan asrama nampak riuh rendah para santri dengan kesibukan masing masing hendak pulang ataupun Cuma bersilaturrashmi kerumah saudara. Bulan maulied adalah bulan yang ditunggu-tunggu para santri karena pada bulan itu adalah masa libur selama satu minggu para santri diperbolehkan pulang kerumah masing-masing, dan pada umumnya mereka yang pulang adalah para santri yang tinggal disekitar pilau Jawa karena yang berasal dari luar Jawa pada umumnya memilih tetap diasrama atau mereka memanpaatkan libur dengan bertamasya keliling dikota-kota yang ada didarerah Jawa Timur atau pergi kerumah salah seorang santri yang berada disekitar jawa timur. Amin dan Anwar adalah dua orang santri yang tidak pulang karena jauhnya asal mereka yang kalau dihitungan dari perjalanan pulang pergi akan memakan waktu sekitar empat hari dan biaya yang yang cukup besar hingga pada umumnya mereka banyak yang menetap diasrama namun memanpaatkan dengan berlibur.
Lantunan suara dari pengeras suara didalam bis terdengar syahdu mengiringi perjalana Amin dan Anwar menuju kota Surabaya, “Min kamu tau tidak alamat saudaramu?” “kalau alamatnya ada war…” jawab Amin…, kamu sudah bertemu muka belum ,,,? belum pernah War…?jawab Amin…”lha terus bagaimana kita mau maen kerumahanya kalau kamu tidak kenal wajahnya?” tanya Anwar…, Amin terdiam…lalu dia bertanya…”jadi bagaimana baiknya War…? Amin balik bertanya, “ya sudah kita kepasar Turi aja seperti tujuan pertama kita.”
Sesampainya mereka dipasar Turi, mereka lansung menuju kelantai atas untuk mencari tas pakaian yang hendak dibeli Amin. Setelah tawar menawar Amin pun membayar tas untuk menggantikan tasnya yang dianggap terlalu kecil.
Pasar Turi yang begitu padat penuh sesak membuat Amin bertanya pada Anwar “sebenarnya ini pasar Grosir ya War? tanya Amin.. ” iya di sini pasar grosir untuk kelas menegah kebawah kalau yang elit disana di Tunjungan Plaza Centre” terang Anwar….”memang pasar ini dipadati oleh banyak pedagang dari etnis Madura, Jawa dan juga Arab walaupun ada juga dari etnis Cina, tapi harga yang mereka tawarkan memang jauh lebih murah.
Setelah selesai membeli kebutuhan Anwar dan Amin pergi kekebun binatang didaerah Wonokromo area kebun binatang yang memang berada disebelah terminal bis Wonokromo,
Setelah membeli tiket tanda masuk mereka berdua berjalan memasuki lingkungan kebun binatang yang cukup luas untuk sebuah kebun binatang yang berada ditengah-tengah lingkungan kota Surabaya yang begitu padat dan panas, ini untuk pertama kalinya Amin memasuki kebun binatang, sepanjang perjalanan Amin merasa tidak terlalu nyaman karena pada hakekatnya ia tidak terlalu suka karena dirasa kebun binatang tidak terlalu jauh berbeda dengan dikampungnya yang banyak pepohonan dan suara-suara burung, disekeliling mereka tampak sekali anak muda yang berjalan berpasang-pasangan sementara mereka tidak pernah terpikir untuk berlaku seperti itu, setelah puas memandangi hewan yang berada dikebun binatang Surabaya dan lelah serta rasa lapar sudah mulai hinggap, mereka berdua pun keluar dari area kebun binatang untuk mencari makanan karena sudah menjelang sore perut mereka sudah harus diisi, mereka berdua nyelonong kearah warung tenda yang dispanduk depannya tertulis “SOTO MADURA'” “Min kita makan soto aja yuk” ajak Anwar…? boleh kata Amin sambil memperbaikai letak tas yang baru ia beli dari pasar Turi, setelah duduk sejenak didalam warung tenda terdengar suara dari pedagang …”soto mas…? tanya si pedagang dengan logat Madura yang begitu kental ‘… iya pak” dua porsi ya?..inggih jawab sang pedagang sambil mengangguk,
Tak terlalu lama dua porsi soto Madura pun sudah terhidang dihadapan mereka dengan membaca Bismillah mereka berdua mulai menyantap makanan yang ada dihadapan mereka dengan lahap….dalam sekejap soto itupun ludas dilahap mereka.
Setelah menyeka keringat yang membasahi sebagian besar wajahnya Amin pun membayar dua porsi soto Madura yang telah mereka santap, kemudian mereka pun berjalan menuju terminal bis untuk kembali Bangil.
Sesampai diasrama Amin meletakakn barang belanjaanya dibawah ranjang setelah melakukan sholat isya Amin tertidur lelap.
Sayup-sayup azan subuh terdengar mengiyang ditelinga, Amin pun terbangun dari tidur lelapnya sejenak ia terduduk di atas pembaringannya lalu meneguk dua gelas air putih yang memang sudah biasa tersedia di dekat ranjangnya, iapun kemudian berjalan menuju masjid yang memang tak jauh dari asrama, sepi terasa tak seperti biasanya kala subuh menjemput yang dipenuhi dengan santri yang hendak menunaikan sholat berjama’ah, namun saat ini hanya beberapa santri yang nampak karena sebagian besar santri pulang dan berlibur kesanak saudara mereka. sesampai di masjid Amin pun menuju ruang wudlu yang terletak disebelah kiri bangunan masjid setelah kumandang iqomat terdengar para santripun mulai merapatkan barisan agar terbentuk shaf yang baik, begitu lengang suasana masjid hanya satu shaf yang ada itupun tidak juga penuh. Setelah selesai menunaikan sholat Amin tidak lansung kembali keasrama tapi sejenak ia berolahraga dilapangan bola basket yang memang tereletak disebelah masjid As-saqolain, sambil berlari-lari kecil Amin mengelilingi lapangan hingga badanyapun mulai berkeringat, setelah dirasa cukup olah raganya pagi itu, iapun kembali keasrama sesampainya diasrama nampak sahabatnya Anwar sudah duduk dilantai sambil meneguk segelas teh hangat, “…teh Min” tawarnya kepada Amin sembil menuangkan teh kedalam gelas…”ia sebentar saya lepas gamis dulu”…ujar Amin…Amin pun kemudian duduk setelah selesai menggantung gamis dibalik pintu.
Amin…kita ke Malang yuk…” ajak Anwar…?,
Ke Malang agendanya kemana War…? balik tanya Amin…!
“Ya kita main ke Taman wisata Batu dan ke Sengkaling, “
kalau Sengkaling itu tempat apa War…? tanya Amin..
“kalau di Sengkaling itu kolam renang dan juga ada sedikit tempat bermain anak-anak, setelah dari situ nanti kita main kekota Malang sapa tau ada sesuatu yang bisa kita beli dari beberapa mall yang ada didekat alun-alun Malang” lanjut Anwar, “Oke..” jawab Amin jam berapa kita pergi War…?
“Setelah makan sekitar jam-jam sepuluh lah terang Anwar pada sahabat karibnya tersebut.
Saya mandi dulu war ya…sahut Amin..setelah meneguk setengah gelas teh yang sudah tak lagi hangat, “
“iya silahkan saya juga mau mandi” kata Anwar.
Sepotong tempe bacem dan sedikit sambal ditambah uci-uci(bakwan) yang dibeli dari pedagang kampung yang sering berjualan didalam komplek pesantren menemani menu makan Amin dan Anwar pagi itu disamping menu standar yang memang sudah dipersiapakan oleh pesantren kepada para santri setiap hari.
Sambil melantunkan lagu yang tidak seberapa jelas syair dan entah apa pula judulnya Amin menyisir rambutnya yang pendek dengan baluran minyak rambut yang cukup tebal sehingga mengeluarkan aroma wangi.
Bersambung…….

