Asa Hilang Mimpi yang Terbuang
Desa Nan Indah
Matahari senja sudah mulai menuju peraduannya, malam pun sudah mulai menjenput, nampak kesibukan dirumah nan mungil sederhana mulai nampak guna mempersiapkan makanan untuk menyambut buka puasa yang sudah makin mendekat, nampak tiga orang anak sudah mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing setelah selesai mandi disungai diseberang rumah mereka,….” Hayo…Indra, Budi, Mawan rapihkan handuknya!, letakan dijemuran… jangan berserakan dikursi dan ranjang”…. ucap laki-laki setengah baya yang berdiri di dekat pintu dapur rumah sambil meletakkan tas kecil yang menjadi teman setianya setiap pergi kekebun yang lumayan jauh dari rumah mereka…..” emak mana?… kok tidak nampak….’ tanyanya pada salah satu dari mereka,….” emak dikamar…..! ucap sikecil mawan dari kamar, laki-laki paruh baya itupun bergegas menuju kamar karena iya tahu kalau saat ini sang istri sedang dalam kondisi hamil tua, “kenapa mar kok terbaring dikamar….? Perut saya mulai terasa sakit bang…..” Jawab sang istri yang nampak lemah terbaring dikamar, melihat kondisi sang istri yang nampak mulai lemah sang suami pergi bergegas memanggil dukun kampung yang biasa menangani warga selama ini yang hendak melahirkan, selang tak berapa lama terdengarlah suara jeritan bayi dari dalam kamar seakan menampakan rasa sesalnya kala menginjakan kaki kebumi.
Rasa syukur diucapkan dari segenap keluarga kecil itu atas kehadiran sibuah hati yang akan menambah keramain dirumah meraka, sambil tersenyum sang ayah memberi nama Amin kepada sibuah hati yang baru saja menginjak bumi.
Seiring berjalannya waktu Amin kecilpun beranjak besar dan mulai bermain dengan teman-teman sebayanya disawah dan dikebun sebagaimana umumnya anak-anak kampung.
Bersambung…
