Fashion

Obrolan Imajiner.

by. Anas Urbaningrum

Pak Harto : Sugeng enjang, Gus. Selamat ya, sampeyan termasuk cepat dapat gelar Pahlawan Nasional. Doanya apa Gus?

Gus Dur : Lha urusan gelar kok dipikir. Wong saya gak urusan itu sama pahlawan-mahlawan. Tapi sudah dikasih ya diterima saja. Gitu aja kok repot.

Pak Harto sendiri pripun rasane jadi Pahlawan Nasional?

Pak Harto : Ya biasa saja. Wong saya juga gak berharap kok. Gak diakui sebagai pahlawan yo ra patheen. Pahlawan gak pahlawan kan itu urusan SK saja. Yang penting kan kita urusan di alam barzah sekarang ini.

Gus Dur : Tapi kan orang-orang ribut itu Pak. Apa sampeyan gak terganggu?

Pak Harto : Ya kan kata Gus Dur urusan dunia dibikin santai saja. Dan kalau gak ribut kan bukan Indonesia. Tapi kan biasanya sebentar saja. Habis itu lupa. Wong Indonesia itu bangsa pemaaf.

Gus Dur : Tapi kan semua kejadian menyangkut pemimpin dan tindakannya harus diambil hikmah. Bagian dari proses belajar bangsa kita. Kalau tidak, yang kurang-kurang, yang khilaf-salah, tidak dijadikan bahan perbaikan.

Pak Harto : Sampeyan jangan underestimate lah. Bangsa kita kan makin pintar, makin cerdas. Makin tahu cara menempatkan sejarah untuk berjalan maju ke depan.

Gus Dur : Iya juga. Yowis, ayo kita lapor Bung Karno. Kuatirnya beliau nunggu-nunggu kita sowan. Ya fatsunnya kan kita yang lebih muda lapor senior.

Pak Harto-Gus Dur : Assalamu’alaikum Bung? Selamat siang.

Bung Karno : W’salam. Ayo masuk. Sehat2 semua ya. Senang saya lihat sampeyan berdua cerah berlumur senyum. Kayak rembulan bersinar.
Lho ini kok tumben bareng-bareng kemari, ada apa? Wah, pasti mau laporan ya, baru dapat beleid Pahlawan Nasional.

Pak Harto : Memang kalau proklamator seperti ngerti sakdurunge winarah. Ilmu tebaknya penuh presisi.

Gus Dur : Iya Bung, kan harus sowan dan lapor senior. Takut kualat.

Bung Karno : Itu Harto yang gak takut kualat sama saya. Dulu ngerjain saya malah.

Pak Harto : Jangan gitu lah Bung. Kan saya sudah berusaha mikul dhuwur mendhem jero. Apa Bung Karno gak tahu, ini Gus Dur juga ikut melengserkan saya kok. Tapi rapopo. Itu sejarah. Wong Gus Dur juga dilengserkan lebih cepet hehehe

Bung Karno : Yo wis, yang penting bagaimana bangsa kita rukun, rakyatnya tidak berantem. Dan bisa bergerak makin maju dan makmur. Itu yang paling penting. Tujuan merdeka kan itu.

Pak Harto- Gus Dur : Nggih leres, betul sekali. Dan juga penting bersedia belajar memetik hikmah sejarah untuk makin baik dan makin baik.

Bung Karno : Ini sampeyan berdua jangan menjadi pelupa ya. Ingat gak yang saya pernah bilang, Jasmerah. Jolali, jangan dilupakan, masih ada member klub kita. Pak Sjafruddin Prawiranegara. Tanpa beliau, Indonesia tidak akan ada sampai sekarang ini. Pak Sjaf Presiden juga, Presiden Darurat. Malah sudah duluan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Setahun sebelum saya.
Ayo kita sambangi Pak Sjaf.

Pak Harto-Gus Dur : Oiya ya. Ayo Bung. Kita kesana. Kita sudah kangen juga kopi kawa. Kan dulu beliau di Bukittinggi dan sekitarnya. Ngopinya beda dengan kita-kita. Masih ngopi dari daun kopi.

Bung Karno : Iya, kasihan juga memang. Presiden Darurat, kopinya juga kopi darurat.

BK, PH, GD : Hahaha (tawa bareng para pahlawan). Ayo berangkattttt!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *