Fashion

Hari Santri dan Euforia Nyantri….

Tanggal 22 Oktober telah di tetapkan oleh Negara sebagi hari Santri Nasional, sebuah bentuk penghargaan terhadap para pelajar yang menempuh pendidikan di Pesantren pesantren.

Pola pendidikan di pesantren memang khas dan sedikit berbeda dengan pendidikan disekolah pada umumnya, metode pembelajaran dan penghormatan terhadap Guru/Kiyiai atau Ustadz juga sangat berbeda, pada umumnya, pesantren menerapkan sistem pendidiakn keasramaan yang mewajibkan santrinya untulk tinggal diarea pesantren sehingga bisa terawasi selama 24 jam oleh para guru dan bapak asrama.

pola pendidikan yang terasramakan itu membuat para santri mempunyai kedekatan secara emosional kepada seluruh siswa yang ada, perkenalan dan saling mengenal budaya dan watak para santri didalam asrama menjadikan mereka lebih terbuka terhadap pergaulan karena saling mengenal watak dan karakter berbagai siswa dari seluruh daerah.

Pola pendidikan juga berbeda beda, ada yang masih memakai sistem tradisional yg khas dan hanya mengajarkan mata pelajaran agama saja, semisal Nahwu, Shorof, Bahasa Arab, Balakhoh, Tajwid dan Qiro’ah. semua mereka pelajari hampir sebagian besar waktu di asrama. Pola khusus yang mereka dapatkan melahirkan pemahaman akan agama secara baik.

Akan tetapi sebagian besar Pondok Pesantren sekarang sudah mulai mengadopsi pola campuran antara tradisonal dan modern, sehinga dalam metode pendididkanya juga sudah mngajarkan mata pelajaran umum sebagaimana sekolahan pada umunya, sehinga sudah semakain terbuka dalam pendidikan modern, para alumni santri tidak hanya memahami ilmu agama saja tapi juga ada ilmu umum yang bisa melanjutkan pada sekolah umum bahkan perguruan tinggi.

Para santri terdidik dengan pola hidup disiplin dan serba keteraturan, semua berdasarekan aturan yg memang sudah ditetapkann oleh pihak pesantren, santri harus mandiri, santri harus bisa memenag kehidupannya sehari hari sejak bangun pagi hinga kembali tidur lagi. Kebiasaan yang mereka jalani itu akan memberntuk karakter jiwa santri yang mandiri sehingga siap untuk kembali ke kampungnya masing masing dengan kesiapan yang memang sudah tertempa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *