Asa Hilang yang terbuang 20
Tiba-tiba muncul Abdullah Zein santri kelahiran asli kota Bangil, dengan kain sarung yang diselempangkan dipundaknya, sebagian wajahnya ditutupi topi kupluk.
“Wah ono ninja rek….” ujar Husnun dengan logat jawa yang medok
“Lho iki dudu… ninja…..” balas Zein
“Terus opo……?”..Tanya fahmi
“Hansip….jalu’ sumbangan…..”
Semua yang hadir tertawa karena Zein dikenal memang sangat kocak, tapi dibalik kekocakannya dia memiliki suara yang merdu, khususnya bila ia melantunkan bait-bait syair lagu dari negri jiran Malaysia.
“Yoo opoo rek…dingin sekali….udara disini…” ucap Zein sambil merapihkan Kupluknya hingga menutupi sebagian wajahnya menyisakan kedua matanya.
“Lebih baik ente nyanyi dulu Zein…..” Pinta Thontowi
Bagaimana ana mau nyanyi mulut ku tertutup begini…?
“Hayo-hayo Zein kita nyanyi aja.. ” ajak Amin pada sahabatnya itu…
“Nanti Ustadz marah lho….! ” Kata Zein dengan mimik kocak…
“Wong wiis turu… kok Zien “..ujar Fahmi
‘ Jalu’… teh ne rek.. supaya anget kerongkonganku.. pinta Zein..
‘ Dari tadi mata ku nggak merem blas lho rek…., payah..! nggak iso turu…!
‘ Lha wong uaadem men koyok ngene piye katek turu…zein…
‘ Iyo ….” balas Zein… sambil meminum teh yang mulai dingin
” Min kok ana dengar ada yang mandi di kali malam–malam begini? Siapa Min? bilang..! sekalian tak guyur di air terjun saja, supaya beku biar jati patung !. Amin dan teman-temannya tertawa mendengar ucapan Zein, Ismail Zein yang mandi, tadi Husnun, Alwie dan thontowi juga ikut nemani..” terang Amin..
“Lho Kon melo’ Nun….” Tanya Zein
“Iyo…. ” Opo’o Zein,
“Ismail iku makhluk aneh… lha wong malem-malem begini yo kok mandi?
” Dia kan lagi ngamalkan ilmu Zein!. jadi harus mandi di air yang mengalir selama empat puluh hari…” Terang Husnun..
” Lha kalau lagi ngamalkan ilmu tidak boleh ditemani orang lain..! ‘”Kenapa?” tanya Amin, “Nanti ilmunya pindah atau tidak manjur “..jawabnya dengan tegas.
” Ente tau cerita bidadari yang mandi dikali?…nggak tau….jawab Amin
“Lha ini …,Kalau ada pelangi disore hari…itu tanda bidadari sedang mandi, kalau ada yang ngintip, bidadarinya nggak bisa terbang, nah saat itu kita bisa nikahi dia karena dia tidak bisa pulang kesurga…, kalau begitu, besok sore kita ngintip di air terjun yuk Zein? siapa tau ada bidadari yang mandi…..” ajak Dedi, mending kalau bidadari yang mandi? Kalau pas kita ngintip yang mandi ternyata Ismail lagi?? Ya susah kita..he.he.heh. terdengar kencang suara tawa Zein memecah kesunyian malam.
Amin dan beberapa temannya mulai merasa suasana kembali ceria, setelah Zein bergabung, karena banyak sekali cerita lucu yang diutarakan dengan expresi wajah yang sempurna. “Tangan ku seperti beku Min?”..ucap Zein, itu karena suhu yang begitu dingin..” terang Amin, kalau kita ngomong kelihatan udara yang keluar, seperti musim salju di Eropa saja ya?….. “Lha dulu waktu kamu sebulan di Eropa bagaimana rasanya Zein?” Tanya Husnun, “…ya..kayak gini kurang lebih dinginnya ” balas Zein sambil tersenyum.
“Eropa sebelah mana itu Zein? Tanya Fahmi, “”Oo itu Eropa sebelah Pogar -nama salah satu desa di Bangil- yang banyak kuda dan becaknya ” Balas Zein..” ,
” lho di Eropa ada becak juga ya Zein?” Tanya Thontowi, “lho ente belum tau…! Kalau yang dihadapanmu ini dulu juragan becak seluruh Eropa..?” Terang Zein diiringi tawa tema-temannya.
Tanpa terasa Malampun mulai larut, embun juga sudah terasa membasahi dedaunan disekitar tenda, api unggun yang tadi menerangi sekitar tenda mulai redup sedikit demi sedikit, “Min ente tidur dimana?…” Tanya Husnun, “belum tau?”, saya mau liat dulu, masih ada ruang kosong tidak dalam ditenda…? jawab Amin.
“Sudah tidur dimobil aja Min, kalau tenda sudah penuh! ” Ujar Zein..,
” Ente sendiri dimana tidurnya Zein? “Kalau ana ini biasa tidur beratapkan langit, berselimutkan kardus Min..! ucap Zein, …” berarti ente ini biasa jadi gelandangan ya Zein? Tanya Husnun , “Lha ente belum tau ya Nun? kalau kordinator gelandangan sekota Bangil itu sebelum turun harus minta izin dulu sama saya?…Gini-gini saya ini juragan gelandangan, ” ….. ujar Zein dengan senyumnya yang khas.
Amin tertawa terbahak-bahak kerena ditengah dinginnya malam yang hampir saja membuat beku tubuh mereka , tapi Zein masih bisa bercanda dengan leluasa tanpa merasakan dinginnya udara dan embun malam. Bahkan ia mulai melantunkan lagu melayu yang dipopulerkan oleh grup band IKLIM dari Malaysia, Tiba-tiba Dedi yang dari tadi membungkus sekujur tubuhnya dengan kain sarung bangkit berdiri lalu mulai berjoget, karena melihat salah seorang temannya bergoyang Zein pun mengganti lagunya dengan lagu dangdut dari Bang Haji Rhoma Irama, melantunlah lagu Begadang jangan begadang/ Bila tiada artinya / begadang boleh saja /….., Dedi terus bergoyang, Amin dan temannya yang lain ada yang bertepuk tangan, memukul-mukul gelas yang terbuat dari plastik dan panci bekas mie instant yang telah kosong, hingga kegaduhan yang mereka timbulkan membuat beberapa santri yang teridur bangun, tapi mereka tidak marah bahkan turut bergabung menyaksikan Dedi yang masih asyik bergoyang di iringi alunan lagu dari Abdullah Zein yang memang merdu dan suara bising yang ditimbulkan oleh bertemunya gelas dengan sendok, panci yang dipukul tak beraturan dan tepuk tangan yang mengeluarkan suara gaduh. Keceriaan malam itu memang betul-betul terasa natural, diungkapkan para santri tanpa ada keterpaksaan kecuali untuk bergembira dan menghibur hati setelah beberapa lama disibukkan oleh rutinitas belajar yang padat.
Tanpa terasa malam sudah semakin larut, rasa kantuk pun mulai menghinggapi Amin, sambil menahan kantuk Amin mencoba berdiri dari duduknya, dilihatnya langit yang mulai meneteskan embun, bulan yang mulai terhalang awan malam, suara hewan kecil terdengar bersahut-sahutan, sesekali suara burung hantu menggema, alunan irama jangkrik begitu jelas terdengar seakan-akan keluar dari binatang yang begitu besar. “Hayo…. Tidur-tidurrrrr….! ” ajak Zein, “sudah Ngantuk Zein?…tanya Amin,
“Iya….Min…, ente mau tidur dimana? ….Entah liat-liat dulu…” jawab Amin,
“Min …bagaimana kalau kita tidur dimobil saja?.. Ajak Zein, “lho…bukannya kernet sama sopir yang tidur disitu….? Ujar Amin sambil bertanya, “Wah…ente ini Min…”, mobil kan besar masih ada ruang kosong lah kalau Cuma untuk kita berdua?….”Hayo…kita kemobil Zein…” ajak Amin, “Sebentar saya mau ambil selimut dulu, ente tunggu sebentar Min!..” .”Iya saya tunggu pak de….” Jawab Amin dengan wajah yang sudah lelah oleh kantuk. Tak berselang lama Zein pun muncul dengan membawa selimut bergaris-garis hitam dan putih, “wah selimut rumah sakit yang kamu bawa Zein? Tanya Amin, “Lho ini selimut kebangsaan Min…! jawab Zein sambil menguap, baru beberapa langkah kaki mereka menuruni lokasi kemping menuju tempat parkir mobil tiba-tiba terdengar suara memanggil ” Min…Zein….tunggu!, Amin dan Zein pun nengok kearah suara datang, dilihatnya Husnun berlari kecil kearah mereka berdua ” mau tidur dimana? ” Tanya Husnun,
“Di mobil…, opo’o Nun? Balik Zein Bertanya
“Aku melo’ rek! ” Pinta Husnun
“Memang ditenda sudah penuh Nun?” tanya Amin
“Sebenarnya masih bisa kalau saya tidur disitu, tapi suara ngoroknya anak-anak bersahut-sahutan itu lho? Membuat saya tidak bisa merem”.Asa Hiloang Mimpi yang Terbuang………
Bersamabung……

