Olahraga

Membuang Emas Ditangan…..

Tadi malam timnas U-23 gagal total di Pra Piala Asia U-23 yang akan dilaksanakan di Arab Saudi, sebuah kemunduran yang sangat jelas, melawan Laos Negara yang nyaris tak punya sejarah mentereng di sepkbola Asia hanya mampu bermain imbang, minim kreasi dan tidak ada solusi dari pelatih untuk merubah pola permainan disaat penyerang tak bisa membuat gol, lalu menang melawa Makau 5-0, Makau memang adalah tim pupuk bawaang atau pelengkap, jadi kemenangan atas Makau bukan tolak ukur keberhasilan kemenangan Timnas U-23.

lalu tadi malam dihajar oleh raksasa Asia langganan Piala dunia dengan skor 0-1, kekalahan yang sangat menykitkan karena hanya memperoleh 4 poin dari tiga laga hasil bermain imbang dengan Laos, lalu mengalahkan Makau 5-0.

Pada Piala Asia Tahun 2024 Timnas U-23 dibawah asuhan STY berhasil menembus Semifinal dengan menyingkirkan Korea Selatan salah satunya,

Pola permainan timnas saat itu sangat mengjhibur, meski dengan keterbatsan penyerang tapi pelatih dengan jeli memanfaatkan squad yang ada untuk memperolah hasil maksimal, itu adalah sejarah yang paling tinggi diraih oleh Garuda muda U-23 sepanjang keikut sertaanya dalam perhelatan Piala Asia U-23.

Motede dan pola yang diterapkan oleh STY sangat tepat karena dia bisa mengukur kemampuan pemainnya, apa yang harus dilakukan sudah terukur, hanya pengamat Towel dan sebagian pengurus PSSI saja yang bodoh dalam hal mengukur kemampuan para pemain Timnas.

Apa yang dilakukan ketum PSSI dengan mengganti STY secara mendadak adalah kebodohan yang sangt jelas, disaat Timnas sedang fokus persiapan kualifikasi Pra Piala Dunia tiba tiba dipotong ditengah jalan, para pemain Naturalisasi dari Belanda saat wawancara di Belanda merasa bingung dengan keputusan PSSI tapi mereka adalah pemain hanya bisa menurti keputusan organisasi yaitu PSSI, Erick Tohir selaku ketum PSSI mengatakan..”bahwa semua ada resiko dan saya mengambil resiko ini untuk mencapai piala dunia 2026.’..tapi apa lacur, pelatih pengganti STY adalah, mantan pemain yang memang Top saat sebagai pemain, tapi minus rekam jejak sebagi pelatih, pernah melatih timnas sebuah negara yang untuk disebutkan saja sangat jarang didengar timnasinoal Curacoa pada tahun 2021 dari enam pertanding hanya satu kali menang dua kali imbang lalu tiga kali kalah, apa pertimbangan ketum PSSI mengambi pelatih Belanda ini?.. apakah karena faktor Komunikasi seperti yang disampaikan oleh pengamat si Towel? padahal dalam dunia sepak bola bahwa faktor bahasa di dunia sepak bola itu adalah universal sehingga dengan keberadaan penerjemah dan para staf lokal itu sudah menjadi mudah untuk menerjemahkan kemaun dan strategi pelatih.

Nasi sudah menjadi bubur, semifinalis tahun 2024 ternyata gagal maju keputaran Piala Asia 2026. Ironi dari kebodohan yang begitu nampak.

Tetap semgat Garuda Muda jangan sampai kalian tertunduk, karena sesungguhnya kalian adalah pejuang untuk Negara dan Bangsa sementara pengurus organisasi hanya mencari popularitas semu untuk memperoleh jabatan semata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *