ASA HILANG MIMPI TERBUANG 5….
Terkadang ia menjumpai ibunya menangis terisak-isak dikala kesendirianya, pernah Amin bertanya kepada ibunya kenapa begitu lama masih menangisi kepergian Ba’nya? sang ibu berucap Min…, “selama emak hidup bersama ayahmu belum pernah emak disakiti yang menyebabkan hati emak terluka, Amin bisa lihat kebun serta tanah yang kita miliki, hanya sedikit pemberian datukmu Haji Daud dan Nenekmu Hajjah Mardiyah, sisanya adalah hasil jerih payah emak dan bakmu, tak jarang emak memakai baju yang itu-itu juga, agar kita bisa membeli kebun atau tanah supaya kelak kalian anak-anak emak dan bak bisa merasakan hasil jerih payah kami berdua, yang juga bisa dinikmati oleh anak dan cucu kami juga.
Bigitulah kecintaan orang tuanya yang begitu dalam membuat Amin sangat kehilangan atas kepergian ayahnya tercinta, namun waktu tetaplah berlalu, matahari terus timbul dan tenggelam, bulan masih memancarkan sinarnya, dikala purnama datang menjemput, bintang masih gemerlap dengan kerlipnya, masih nampak memenuhi langit dimalan hari.
Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah ( Kuasa ) memasukkan malam kedalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam, (Q.S Al-Hajj 61 )
Disaat kenangan masa indah bersama Bak nya terlintas Amin pun menggoreskan bait –bait puisi dibukunya, guna sekedar menghapus kesedihan serta kerinduannaya pada sosok yang begitu besar perhatiannya pada masa depan dan pendidikan anak-anaknya, hingga ia rela untuk tidak menikmati hasil jerih payahnya secara sempurna, demi anak-dan cucunya kelak. Sungguh mulya niatmu bak, takkan pernah kami lupakan sedikitpun pengorbananmu.
TAHU DIRI
Senja telah datang sebelum waktu
Surya tenggelam ditengah hari
Purnama
Oh..Purnama kau kini redup
Akankah bintang-bintang bersinar
Setelah surya pulang pada tuhan
Aku..tahu
Aku…sadar
Bahwa gelapku semakin kelam
Walau aku bisa…
Berterang dalam gelap
Tapi aku malu….
Pada…
Bathin ku sendiri
Pada
Nurani Suci
Pada diri yang tahu diri
Biarkanlah aku hidup sendiri
Dalam Kesendirian,..aku jadi suci
Dan akan kenal ilahi.
Bangil, 02 Juni 94
