Asa Hilang mimpi terbuang 3
Sebagaimana firmannya :
Apakah kamu tiada melihat, bahwasanya Allah menurunkan air dari langit, lalu jadilah bumi itu hijau? Sesungguhnya Allah maha halus lagi maha mengetahui. Q.S Al-Hajj 63
“Min mari kita kekebun..,” Ucap Saptian menyambut kedatangan Amin yang baru saja sampai dirumahnya, “hayo..jalan kaki atau naik sepeda?” Jawab Amin sambil bertanya pada sahabat kentalnya itu, “jalan kaki saja ” jawab Saptian.
Sambil dihiasi obrolan kecil disepanjang jalan akhirnya mereka sampai juga dikebun kopi milik orang tua Saptian, didaerah Cibugis, setelah meletakkan karung, mereka beristirahat sejenak, Saptian adalah sahabat terdekat Amin yang hampir setiap hari mereka bermain hingga tak jarang amin makan dan menginap dirumah Saptian, awal persahabat mereka terjalin saat kegemaran mereka bermain sepakbola di lapangan sekolah tempat mereka menimba ilmu. sejak saat itu tali pertemanan meraka begitu erat sehingga setiap pulang sekolah mereka selalu bermain bersama, persahabatannya dengan Saptian banyak sekali pengalaman yang ditimba oleh Amin karena walaupun sama-sama berlatar belakang keturunan petani yang cukup sukses namun kedua orang tua Amin adalah orang tua yang lebih mengutamakan pendidikan sekolah sehingga menjelang akhir sekolahnya dipendidikan pertama Amin, dan kaka serta adiknya dilarang beraktivitas sebagaimana layaknya anak kampung pada umumnya, saat masih kecil sudah biasa menanam padi disawah, membuang rumput, hingga Amin dan saudara-saudaranya tidak tahu dimana letak sawah mereka?, kebun kelapa mereka pun mreka ketahui salainkarena dekat, dan mereka sekedar ikut orang tua saja sementara untuk beraktivitas dikebun mereka dilarang.
Pergaulannaya dengan Saptian telah banyak membuka mata dan pengetahuannya tentang seluk beluk pertanaian, bagaimana cara memanen padi di sawah, hingga memetik buah kopi dikebun, apa yang dilakukan Amin dan Saptian adalah sebuah kesibukan yang dilakukan anak kampung yang ingin mendapatkan uang jajan sendiri yang mereka hasilkan dari keringat mereka.
….”Pergaulannya dengan Saptian telah banyak membuka mata dan pengetahuannya
tentang seluk beluk pertanian,
bagaimana cara memanen padi di sawah,
hingga memetik buah kopi dikebun”.
Masa pasca panen padi adalah masa yang sangat disenangi oleh anak-anak dikampung, karena mereka bisa berleluasa bermain sepakbola dihamparan sawah yang sudah kosong dari tumpukan jerami, Amin dan Saptian sering menghabiskan sore hari meraka dengan bermain bola bersama teman-teman, meraka bermain bola dengan bola yang mereka beli dari hasil sumbangan dari taman-teman mereka setelah menjual beberapa gandeng kelapa, itulah keceriaan anak kampung yang dengan polos, tanpa beban, lugu, bermain seolah-olah meraka bermain seperti pemain bola profesional yang sering meraka lihat ditelevisi.
