Politik

One Piece kreasi kekecewaan atau makar semu…

Harti hari ini kita diramaikan dengan banyaknya bendera bajak laut bertopi jerami karya animasi dari Jepang, bajak laut kecil yang mencoba menguasai laut dengan kocak tapi menghibur.

One Piece adalah Ceritanya mengisahkan petualangan Monkey D. Luffy, seorang anak laki-laki yang memiliki kemampuan tubuh elastis seperti karet setelah memakan Buah Iblis secara tidak disengaja. Luffy bersama kru bajak lautnya, yang dinamakan Bajak Laut Topi Jerami, menjelajahi Grand Line untuk mencari harta karun terbesar di dunia yang dikenal sebagai “One Piece” dalam rangka untuk menjadi Raja Bajak Laut yang berikutnya.

Beberapa truk pengangkut barang, bus bahkan mobil pribadi banyak yang memasang bendera One Piece, sebenarnya phenomena ini gak baru baru amat, jauh sebelum mendekati hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesai, salah satu Cawapres pernah memajang PIN bergambar One Pice dkemjea putihnya, tidak tau simbol apa yg dimaksud, tapi sebagian orang mengangapnya itu hal yg  biasa.

Namun setelah begitu massif terpasang bahkan satu tiang dengan bendera Negara maka itu menjadi perbincangan public, menjadi bahan komentar para politisi dan pemangku kepentingan di Indonesia.

Wakil Ketua DPR RI yang juga ketua harian partai penguasa bahkan mengomentari bahwa itu adalah upaya pemecah belah menjelang hari kemerdekaan.

Bahkan politisi Beringin dalam salah satu wawancara di TV nasional mengatakan itu “makar”.

Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara Anas Urbaningrum justru menyoroti bahwa bendera One Piece adalah sebuah kreasi dari anak bangsa.

“One Piece diributkan? Kurang kerjaan. Itu bagian dari ekspresi sosial yang biasa saja dalam demokrasi. Jika pun bermakna protes dan kritik, itu juga saluran yang damai. Bahkan kritik yang bersifat simbolik, halus dan cenderung “tinggi”. Hal demikian justru bentuk dari kemajuan budaya ekspresi sosial, karena teknologi dan terpaan kemajuan budaya global. Bukan budaya kekerasan dan pembangkangan yg katrok. Jadi, biarkan ekspresi seperti itu muncul. Sama sekali tidak bermakna anti nasionalisme dan tidak menghormati Merah Putih. Justru itu bentuk lain dari cinta negeri dan harapan akan transformasi Indonesia untuk makin baik dan bermartabat.”

Sementara Wakil Ketua Komisi XIII DPR Andreas Hugo Pareira menilai fenomena pengibaran bendera One Piece menjelang HUT ke-80 RI merupakan bentuk ekspresi dan kebebasan sipil yang dijamin konstitusi. Andreas mengatakan seharusnya pengibaran bendera itu dijadikan bahan introspeksi pemerintah.

Semoga  One Piece bisa ditemukan di Indonesia agar bisa mengentaskan kemiskinan tapi bukan menjadi jarahan para “bajak kerah putih” di Negri ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *