Fashion

Ratusan pengemudi ojol di Balikpapan menyalakan lilin sebagai simbol duka atas meninggalnya Affan Kurniawan.

copas by IDN TIMES

Affan Kurniawan dan Nasib Rakyat Negri

Pengorbanan dan cita cita yang tercapai.

Hiruk pikuk jalanan di Jakarta sore menjelang malam itu terasa mencekam, demonstran mulai tak terarah, aparat kepolisian mulai menembakan gas air mata sebagai senjata untuk membubarkan masa yg menurut mereka mulai “anarkis”, diantara kepadatan dan liarnya para demonstran, terselip seorang anak muda yang menjadi tulang punggung keluarga, tempat Ayah dan Ibunya bergantung dikala ekonomi yang begitu sulit didapat, Affan Kurniawan adalah sosok anak muda yang berhati mulia, dengan sepeda motornya dia mengais rizki ditengah jalan Jakarta, dalam kesendirian dan terkadang kesunyian malam dia masih menarik pelan gas motornya utk memenuhi kebutuhannya dan keluarganya, masih ada ibu, adik, kakak serta ayahnya yang ingin dibahagiakan, cita citanya sederhana, ingin membelikan ibunya sebuah rumah kecil agar meraka tidak lagi ngekos/ ngontrak.

Tapi malam itu nasib berkata lain, dibalik ketergesa gesaannya mengantarkan pesanan makanan dari pelanggannya, Affan bukan peserta Demo, Affan adalah pengemudi ojek online yang sedang mengais rizki dengan mengantarkan pesanan/order makanan didekat para demonstran, tapi malang tak dapat diduga, kondisi masa yang mulai chaos dimana masa mulai berlarian lalu kendaraan Rantis BRIMOB melaju dengan kecepatan tinggi membalah masa yag terkonsentrasi dijalanan, Affan yang baru selesai mengantarkan orderan tak sempat mengelak, tubuh kecilnya terlindas Rantis BRIMOB, sempat berhenti lalu kabur meninggalkan jasad almarhum dalam keadaan tak bernyawa.

Suara orang memanggil dirumah kos kecil Affan di kawasan pinggiran Menteng membuat Ayah dan Ibunya menjerit menangis karena berita duka yang sampai, bukan berita gembira dan senyum serta tawa dari anak muda yang berbakti itu. senyum itu kini sudah hilang, cita cita untuk membahagikan kedua orang tuanya kin terhenti dalam seketika, Affan tak lagi bisa mrembelai lembut rambut adik perempuannya ketika akan berangkat sekolah, Affan tak lagi bisa mencium tangan Ibunya dan mendengar nashetanya.

Affan adalah sebuah tragedi disaat ekonomi yang mencekik buat sebagian orang kecil, Affan adalah potret yang seharusnya dijadiakn oleh Anggota Dewan utk introspeksi diri agar tidak hidup bergelimang kemewahan, disaat kondisi ekonomi yang makin melemah, disaat tuntutan efisiensi serta hutang negra yang makin mencekik seharusanya para wakil Rakyat:tidak berretorika membenarkan kenaikan tunjangan mereka sebagai Wakil Rakyat, beremaptilah pada keluhan rakyat, jangan menari dan bergorang disaat masyarakat tercekik dan tersandung kenaikan harga harga kebutuhan pokok.

selamat jalan Affan, tunai sudah bakti muliamu, kini cita citamu untuk membelikan rumah sederhana sesua janjimu sudah ditunaikan Presiden dan Kang Dedi Mulyadi/KDM, kini harapanmu agar adikmu bisa belajar/sekolah tinggi agar mejadi anak yang berguna dan menjadi kebangganmu, kini sudah dijamin oleh Pak Pramono Anung, motormu yang hilang ntah kemana saat kondisimchaos, kini sudah diganti oleh Ibu Puan Maharani sebagai ketua DPR RI, semoga apa yg diterima Ayah,Ibu, Adik dan Kakakmu sebagai amal dan kenangan yang kau tinggalkan.

Harbiansis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *